Di balik punggungmu, aku bercerita
Hari ini aku putuskan membenci lampu-lampu kota.
Aku dipaksa pilu oleh cahaya terang menyoroti ramainya jalan raya.
Ku redam berkali-kali suara isak dari balik punggung dingin mu.
Tak kuasa ku tahan air mata; akhirnya jatuh jua.
Mungkin aku terlihat biasa saja denganmu, namun jauh dilubuk hatiku tersimpan berjuta luka yg kembali merembas basah.
Setiap tajamnya pisau yg kau tebaskan dibelakangku, aksaraku kembali mati untuk mendefinisikanmu.
Acap kali kubiarkan luka mengering sendiri, namun terasa perih saat ia ku coba bawa berlari.
Komentar
Posting Komentar