Kita Kehilangan Arah

Entah darimana harus ku memulai. Seharusnya kalimat ini tak perlu kutuliskan lagi untukmu, karena telah lama kau yang memilih untuk diam, hilang dan pergi. Entah ruang rindu mana yang masih ada kamu di dalamnya. Terus ku mencari mu dalam ruang itu agar bisa bertemu. Namun, nyatanya hanya ilusi tanpa asumsi. Aku kehabisan energi untuk kita, semenjak kau mengutarakan isi jiwa. Bagaimana pun ku bersikeras merayumu, takkan bisa kumenangkan lagi; kamu. Ku akui memang salah ku terlalu emosi mengambil keputusan untuk menjauh. Ku kira kau akan mencari, ternyata kau juga ikut berlari. Hingga kita saling pergi dan belum juga kembali. Kita kehilangan arah, padahal tujuan kita searah. Apakah arah mata angin itu mengelabui kita? Ku rasa tidak. Hanya saja kita yang terlalu dikelabui ego. Entah ego siapa yang dimenangkan, tapi kau selalu bilang aku yang paling dominan. Padahal, disini aku menunggumu pulang. “We’ll meet soon” balasan terakhirmu, setelah ku berharap tanpa kau lihat. Hanya itu yang selalu ku tunggu, entah kapan akan bertemu. Semua seperti teka-teki, yang tak pernah ku mengerti; mengapa kita menjadi seperti ini. Mungkin kita memang sama-sama jenuh, kecewa, bahkan sakit. Sebelumnya, bukankah kita saling mengobati? Mengapa sekarang, luka dibiarkan menga-nga? Segeralah pulang. Aku merindukanmu.

Komentar

Postingan Populer