Bagaikan

Bagaikan
Karya Azzahra D. Safitri

Bagaikan dedaunan di musim gugur, angin dengan lembutnya menggugurkan satu persatu dahan dari tangkainya. Senjapun menyaksikan gugurnya satu persatu daun yang jatuh ke tanah, dengan perlahan sinarnya senja lambat laun meredup berganti gelapnya malam.

Bagaikan langit tanpa bulan, tanpa bintang, serta cahayanya yang senantiasa menerangi semesta. Namun, tetap langit hatiku tak seterang langit malam itu. Kamu yang menjelma sebagai bintang dan sinarnya bulan, kian meredup ditutupi awan lebat. Entah akan turun hujan atau tidak. Yang pasti, semesta tak akan pernah memunafikan keindahan disetiap apa yang Tuhan ciptakan.

Bagaikan air yang mengalir mengikuti arus, yang akan terus mengalir hingga bermuara. Entah akan mengering atau tetap mengalir, walau tidak deras seperti awalnya mengalir. Begitulah kenangan yang ku biarkan mengalir. Biarkan ia tetap mengalir semestinya. Hingga tiba saatnya ia akan bermuara, entah mengering atau tetap mengalir. Namun, kenangan adalah ingatan lampau yang sepatutnya hanya bisa untuk kita kenang.

Bersyukurlah atas semuanya, kita bisa belajar dari daun yang jatuh dan ia tak pernah menyalahkan angin. Kemudian dari semesta, yang tak pernah memunafikan keindahan yang diciptakan Tuhan. Dan kita patut belajar pula dari sebuah air, yang mengalir mengikuti arus, walau entah ia nantinya akan mengering atau akan tetap mengalir.

Komentar

Postingan Populer